Kamis, 17 Januari 2013

Pengertian Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan



Pengertian Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering di organisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat pradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1.      Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
2.      telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
3.      adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama.


Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.
Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Masyarakat pedesaan memiliki ciri-ciri yaitu:
1.      Gotong Royong
Di desa, kita akan menemukan masyarakat yang masih erat hubungan kekeluargaannya. Mereka suka bergotong royong dan saling membantu satu sama lainnya.
2.      Homogen
Masyarakat desa biasanya terdiri dari satu atau dua suku. Kebanyakan mereka masih bersaudara satu sama lain.
3.      Daya Saing Rendah
Karena sifat kekeluargaan tersebut tidak ada keinginan bagi masyarakat desa untuk bersaing terlalu ketat. Mereka sangat menjunjung tinggi relasi atau hubungan dan menurut mereka persaingan yang ketat akan merusak hubungan kekeluargaan yang mereka jalin.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat kota adalah masyarakat yang tinggal di daerah dekat dengan pusat pemerintahan. Masyarakat kota terdiri mereka ri beragam suku dan kebayakan biasanya pendatang.masyarakat kota mempunyai sifat individual. Mereka cenderung memikirkan urursannya sendiri dan enggan mencampuri urusan orang lain. Pergaulan di antara mereka pun terbatas dengan kelompok-kelompoknya tersendiri, misalnya teman kantor, temen di klub tertentu, atau arisan. Jarang mereka terlihat mengobrol dengan tetangga sepanjang hari. Apalagi, bila mereka tinggal di perumahan elit.
Mereka merasa kalau terlalu banyak masuk ke kehidupan lingkungannya, pasti suatu saat terjadi pergesekan. Mereka takut sekali kalau sampai terjadi pergesekan sosial. Mereka tak ingin mencari masalah dan tak ingin membuat keributan. Mereka tahu bahwa merekalah yang harus mengalah dengan masyarakat lokal. Masyarakat lokal dianggap akan mencari untung sendiri dari para pendatang. Hal ini memang acap kali terjadi walaupun sesungguhnya yang melakukan hal tersebut hanyalah dari oknum masyarakat lokal yang mencari untuk dirinya sendiri.
Ada beberap cirri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1.      kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2.      orang kota paa umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu
3.      pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
4.      kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
5.      interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
6.      pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
7.      perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Masyarakat Transisi
1.      Pengertian Masyarakat Transisi Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

2.      Ciri-Ciri Masyarakat Transisi Ciri-ciri masyarakat transisi :
a.       Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri.
b.       Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat.
c.       Mengalami perubahan ke arah kemajuan.
d.       Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
e.       Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
f.        Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
PERBEDAAN MASYARAKAT DESA DAN KOTA
1.      jumlah dan kepadatan penduduk.
2.      lingkungan hidup.
3.       mata pencaharian.
4.      corak kehidupan sosial.
5.      stratifikasi sosial.
6.      mobilitas sosial.
7.      pola interaksi sosial.
8.      solidaritas sosial.
9.      kedudukan dalam hierarki administrasi nasional.
Sumber :


Agama Dan Masyarakat




Agama dan sekelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masyarakat tidak bisa hidup tanpa adanya agama yang menjadi pedoman hidupnya. Agama yang mengatur kehidupan masyarakat sebagai pemeluknya. Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap sikap paham kesatuan sosial yang terikat pada agamanya.
Agama dan sekelompok masyarakat merupakn isu yang sangat sensitif. Hal ini dikarenakan keyakinan yang tidak sama antara orang satu dengan yang lainnya. Agama yang berkembang  di masyarakat pun tidak hanya satu. Namun, apapun agamanya yang jelas, masyarakat akan mematuhi apa yang  diajarkan oleh agama mereka.
Agama dan masyarakat seakan-akan menjadi sebuah kehidupan itu sendiri. Masyarakat yang mejalankan ajaran suatu agama akan menjadikannya sebagai pengatur kehidupannya, mulai dari sejak dilahirkan sampai ajal menjemput. Banyak hal yang bisa kita pelajari dan dapatkan dari agama yang berkembang dalam masyarakat ini. Dengan agama kita bisa saling bercermin dan berlomba-lomba dalam menonjolkan kebaikan, terutam di negara kita.
Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

FUNGSI AGAMA
Menurut lembaga social, agama merupakan bentuk perilaku manusia yang terlembaga .Dalam masyarakat ada tiga aspek penting yaitu :
1.      Kebudayaan, system social dan kepribadian.
Teori fungsional dalam melihat kebudayaan adalah wujud suatu kompleks dariide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma dan peraturan. Funsi kepribadian dalam ini merupakan suatu dorongan kebutuhan yangkompleks dan kecendrungan bertindak.
2.      Aksioma teori fungsional agama adalah segala sesuatu yang tidak berfungsiakan lenyap dengan sendirinya dan di klasifikasikan berupa : keyakinan, praktek, pengamalan, pengetahuan dan konsekuensi.
3.      Masyarakat inustri bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadapsemua aspek kehidupan. Perkembangan iptek mempunyai konsekuensi penting bagi agama.Sekulerisai cenderung mempersempit ruang gerak kepercayaan dan pengalamankeagamaan. Kebanyakan agama yang menerima nilai- nilai institusional baru adalah agama – agama aliran.

PELEMBAGAAN AGAMA
Agama bersifat universal, permanent, dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila memeahami agama akan sukar memahami masyarakat. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin.

Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah organisasi keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan.

Yang semula terbentuk dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi organisasi kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya.

Menurut Elizabeth K. Notinghan yaitu :
1.      Masyarakat yang terbelakang dan nilai – nilai sacral.
2.      Masyarakat indutri yang berkembang.


Sumber :